TANGISAN
ALAM
Di sunyi dan
heningnya pagi
Terdengar jelas
anak sungai merintih
Bagai janda
menangis meratapi kematian anaknya
Aku pun bertanya
“Mengapa engkau
menangis, sungaiku yang jernih?”
Sungai pun
menjawab
“Aku dipaksa
mengalir ke kota,
Aku direndahkan
dan disia-siakan manusia
Mereka jadikan
aku minuman-minuman keras
Mereka memperalatku
bagai pembersih sampah
Mereka meracuni
kemurnianku
Mereka merubah
sifat-sifatku yang baik jadi buruk”
Aku mendengar
burung-burung juga menangis
Aku pun bertanya
“Mengapa kau
menangis, burung-burungku yang cantik?”
Satu dari burung-burung
itu terbang mendekatiku
Hinggap di ujung
sebuah sebuah cabang pohon dan berkata
“Anak-anak adam
segera datang ke ladang ini
Menyerang kami
seolah-olah kami musuh-musuhnya
Kami terpisah di
antara satu sama lain
Kami tak tahu
siapa yang kan selamat di antara kami dari kejahatan mereka
Ajal memburu ke mana
pun kami pergi”
Kini, mentari
terbit dari balik puncak gunung
Menyinari
puncak-puncak pepohonan dengan rona mahkotanya
Kupandangi
indahnya dan aku bertanya pada diriku
“Mengapa manusia
mesti menghancurkan segala karya indah yang telah diciptakan alam?”
Bukittinggi, -- Oktober 2018
No comments:
Post a Comment