CINTA ABADIKU
Cerita
Amrhy_02
Senja menepis meninggalkan sisa-sisa rona jingga
yang perlahan disapu kelam. Di malam yang hanya ada aku dan sosok yang sangat
aku cinta dan kasihi. Seorang ibu dan anak yang duduk santai di kursi ruang
tamu istana kecil kami. Hanya ditemani secangkir teh dan beberapa potong kue
yang terletak di atas meja. Aku pun memulai obrolan kecil dengan ibuku.
"Ibu,
boleh aku bertanya padamu," tanyaku pada ibuku.
Ibu lantas
menjawab, "Boleh anakku, tanyalah semua hal yang mau kautanyakan. Ibu akan
menjawabnya semampu ibu."
"Ibu,
siapa cinta pertama dan abadi Ibu?" Aku tertawa dalam hati, pasti ibu
menjawab ayahku. Memang siapa lagi yang dia cintai ibuku selain ayah.
Hehehe…
Dan dengan
wajah sedikit tersenyum ibu menjawab, "Anakku, cinta pertama ibu adalah
Dia yang selalu menjaga ibu, menemani ibu, yang tidak pernah meninggalkan ibu walaupun
seluruh dunia meninggalkan ibu, Dialah yang selalu ada saat ibu menanti malam
dan menanti siang, yang selalu bisa membahagiakan ibu, yang tahu hal terbaik untuk
ibu lebih dari ibu sendiri.”
Lantas aku
berfikir, “Apakah yang ibu maksud ayah?” Semakin binggung aku dibuatnya dan aku
pun bertanya lagi. "Apakah itu Ayah, Bu?"
Ibu pun
menjawab dengan senyum yang semakin lebar, "Bukan anakku. Dia bukan
ayahmu." Aku semakin bingung mendengar jawaban ibuku.
Sekarang
yang menjadi pertanyaanku, “Bagaimana bisa ibu tidak memilih ayah sebagai cinta
pertama dan abadinya?” Ibu pun melanjutkan perkataannya, "Sepanjang hidup ibu,
ibu hanya ingin bersama-Nya, mati pun ibu ingin dengan-Nya, saat tua nanti jika
ibu mulai pikun satu yang tak ingin ibu lupakan adalah Dia, karena ibu begitu
takut dan begitu sakit jika lupa dengan-Nya, ibu hanya ingin menikmati indah-Nya."
"Ibu,
aku mulai bingung, jika bukan ayah lalu siapa Bu?"
Ibuku pun mulai
diam dan menundukkan kepala. "Anakku, maafkan ibu jika cinta pertama dan
abadi ibu bukan ayahmu. Ibu tidak bisa mencintai ayahmu lebih dari rasa cinta ibu
pada-Nya. Ibu tidak bisa menghianati-Nya ataupun menduakan-Nya. Cinta ayahmu
adalah cinta sesaat dan cinta pada-Nya adalah cinta abadi." Ibu mulai
menangis.
Aku pun
memeluk ibu, aku tak menyangka jika ibu mencintai orang lain dan pertanyaanku
yang konyol ini menjadikan air mata yang seharusnya tidak jatuh dari mata ibu sekarang
jatuh dengan derasnya. Sekarang ibu menangis di pelukanku dan samar-samar aku mendengar
ibu berkata, "Aku amat merindukan-Nya. Aku hampir mati karena mencintai-Nya."
Semakin
kencang kupeluk ibu dan dalam hati biarlah rahasia ini akan kupendam dalam
diamku dan aku tak akan menyakiti ayah karena jika ayah tahu bahwa ibu memiliki
cinta yang lain, itu dapat menghancurkan hati ayah. Ibu masih menangis dan aku
pun larut dalam air mata ibu.
"Ibu
maafkan aku karena membuatmu ingat dengan-Nya, membuatmu merasa bersalah,
maafkan aku Ibu."
Lalu ibu
berhenti menangis dan menggenggam wajahku dan berkata, "Salah anakku, jika
kau merasa bersalah, karena cinta abadi dan pertama bagi ibu adalah ALLAH.
Dialah yang selalu menjaga ibu dan kau dan ingatlah hanya ALLAH yang tidak akan
pernah meninggalkan kita dan tidak akan pernah ingkar atas janji-janji-Nya."
Aku pun
mulai mengerti mengapa ibu menangis. Dan aku pun tersenyum karena ibu telah
mengajarkan padaku bahwa aku tidak akan sendiri karena Allah selalu ada dan
selalu mengawasiku.
Terima
kasih Ibu, terima kasih Ya Allah karena aku tak akan pernah kecewa saat menggantungkan
semua hal kepada-Mu