Sunday, August 27, 2017

CINTA ABADIKU




CINTA ABADIKU
Cerita Amrhy_02

Senja menepis meninggalkan sisa-sisa rona jingga yang perlahan disapu kelam. Di malam yang hanya ada aku dan sosok yang sangat aku cinta dan kasihi. Seorang ibu dan anak yang duduk santai di kursi ruang tamu istana kecil kami. Hanya ditemani secangkir teh dan beberapa potong kue yang terletak di atas meja. Aku pun memulai obrolan kecil dengan ibuku.
"Ibu, boleh aku bertanya padamu," tanyaku pada ibuku.

Ibu lantas menjawab, "Boleh anakku, tanyalah semua hal yang mau kautanyakan. Ibu akan menjawabnya semampu ibu."

"Ibu, siapa cinta pertama dan abadi Ibu?" Aku tertawa dalam hati, pasti ibu menjawab ayahku. Memang siapa lagi yang dia cintai ibuku selain ayah. Hehehe… 

Dan dengan wajah sedikit tersenyum ibu menjawab, "Anakku, cinta pertama ibu adalah Dia yang selalu menjaga ibu, menemani ibu, yang tidak pernah meninggalkan ibu walaupun seluruh dunia meninggalkan ibu, Dialah yang selalu ada saat ibu menanti malam dan menanti siang, yang selalu bisa membahagiakan ibu, yang tahu hal terbaik untuk ibu lebih dari ibu sendiri.”

Lantas aku berfikir, “Apakah yang ibu maksud ayah?” Semakin binggung aku dibuatnya dan aku pun bertanya lagi. "Apakah itu Ayah, Bu?"

Ibu pun menjawab dengan senyum yang semakin lebar, "Bukan anakku. Dia bukan ayahmu." Aku semakin bingung mendengar jawaban ibuku.

Sekarang yang menjadi pertanyaanku, “Bagaimana bisa ibu tidak memilih ayah sebagai cinta pertama dan abadinya?” Ibu pun melanjutkan perkataannya, "Sepanjang hidup ibu, ibu hanya ingin bersama-Nya, mati pun ibu ingin dengan-Nya, saat tua nanti jika ibu mulai pikun satu yang tak ingin ibu lupakan adalah Dia, karena ibu begitu takut dan begitu sakit jika lupa dengan-Nya, ibu hanya ingin menikmati indah-Nya."

"Ibu, aku mulai bingung, jika bukan ayah lalu siapa Bu?"

Ibuku pun mulai diam dan menundukkan kepala. "Anakku, maafkan ibu jika cinta pertama dan abadi ibu bukan ayahmu. Ibu tidak bisa mencintai ayahmu lebih dari rasa cinta ibu pada-Nya. Ibu tidak bisa menghianati-Nya ataupun menduakan-Nya. Cinta ayahmu adalah cinta sesaat dan cinta pada-Nya adalah cinta abadi." Ibu mulai menangis.



Aku pun memeluk ibu, aku tak menyangka jika ibu mencintai orang lain dan pertanyaanku yang konyol ini menjadikan air mata yang seharusnya tidak jatuh dari mata ibu sekarang jatuh dengan derasnya. Sekarang ibu menangis di pelukanku dan samar-samar aku mendengar ibu berkata, "Aku amat merindukan-Nya. Aku hampir mati karena mencintai-Nya."

Semakin kencang kupeluk ibu dan dalam hati biarlah rahasia ini akan kupendam dalam diamku dan aku tak akan menyakiti ayah karena jika ayah tahu bahwa ibu memiliki cinta yang lain, itu dapat menghancurkan hati ayah. Ibu masih menangis dan aku pun larut dalam air mata ibu.

"Ibu maafkan aku karena membuatmu ingat dengan-Nya, membuatmu merasa bersalah, maafkan aku Ibu."

Lalu ibu berhenti menangis dan menggenggam wajahku dan berkata, "Salah anakku, jika kau merasa bersalah, karena cinta abadi dan pertama bagi ibu adalah ALLAH. Dialah yang selalu menjaga ibu dan kau dan ingatlah hanya ALLAH yang tidak akan pernah meninggalkan kita dan tidak akan pernah ingkar atas janji-janji-Nya."

Aku pun mulai mengerti mengapa ibu menangis. Dan aku pun tersenyum karena ibu telah mengajarkan padaku bahwa aku tidak akan sendiri karena Allah selalu ada dan selalu mengawasiku.

Terima kasih Ibu, terima kasih Ya Allah karena aku tak akan pernah kecewa saat menggantungkan semua hal kepada-Mu

Friday, August 25, 2017

MENYONGSONG HARI




Puisi Amrhy_02

MENYONGSONG HARI



Kawan, mengapa kau hanya diam?

Duduk termenung bertopangkan dagu

Mengapa kau tak bersegera ambil bukumu

Baca dan pelajarilah



Kawan, selagi kau masih muda

Gunakanlah waktumu sebaik mungkin

Jangan sia-siakan waktu yang ada

Bergelut dengan hal tak berguna



Kawan, bangunlah dari tidurmu

Jangan terus bermimpi

Sadarlah bahwa hari terus berganti

Waktu tak akan mau menanti



Bila kau terus bermalas-malasan

Kelak sesal yang kau terima

Segera bangun

Songsonglah hari yang pasti



Bukittinggi, 23 Agustus 2017

Wednesday, August 23, 2017

GETIR MENYAPU KALBU






GETIR MENYAPU KALBU

Semua terasa lama
Aku ulurkan sebuah keterasingan
Di antara mimpi-mimpiku
Lewat sebuah fantasi
Semakin lama semakin terpendam waktu
Anganku mengambang dalam pekatnya malam
Mengirimkan seribu hasrtaku
Namun aku hanya tenggelam dalam samuderamu
Kesendirianku pun mulai berteluk dalam bayangmu
Kau kini telah pergi
Meninggalkan sebuah hati yang mengambang
Getir hidup pun kurasakan
Getir yang setiap saat menyapu kalbuku
Di kala aku ingat dirimu


Bukittinggi

Tuesday, August 22, 2017

KEBETULAN YANG TAK DISENGAJA





KEBETULAN YANG TAK DISENGAJA
Cerita Amrhy_02

Indah dan memesona merupakan kata-kata yang selalu saja meluncur di hatiku saat melihat mentari pagi, hangat dan sangat menggoda dengan daya tarik alami yang sangat unik. Begitulah menurutku. Tetapi kali ini berbeda, kata itu muncul berulang kali di hati dan otakku. Aku tak pernah seperti ini sebelumnya. Sungguh aku tak habis pikir mengapa? Ini sangat membingungkan. Kau tahu mengapa? Jika kau tak tahu, tak salah bila kau menyelesaikan membaca kisahku ini.

Jawabannya karena kata itu muncul setiap kali aku melihat dirinya. Dia yang selalu duduk  di baris depan di kelas kami. Dia yang tak banyak bicara. Dia yang yang dapat menyelesaikan soal rumit yang menurutku membingungkan. Dia yang menganggap membaca buku lebih kurang setebal lima centi meter itu menyenangkan. Dia yang tak pernah bisa tidak kuperhatikan dalam sehari. Sepertinya kali ini dialah  matahari dan aku adalah planet yang mengelilinginya. Dia menjadi pusat dari segala hal di dunia ini bagiku.

Dari perumpamaan di atas kau pasti sadar dia sangat populer. Artinya, tidak hanya aku planet yang menjadikan dia sebagai mentarinya. Mengetahui itu aku cukup tertekan, berasa orang sepertiku ini tak akan pernah terbias pada korneanya yang bulat hitam dan mata yang sipit itu. Dengan ketidakrelaan kucoba memendam dan menghapuskan rasa ini dari hati dan pikiranku.

Tepat di hari Senin pagi, aku terlambat lagi berangkat ke sekolah gara-gara semalaman tidak tidur menikmati setumpuk buku yang baru aku beli siangnya. Setelah berlari kencang saat turun dari angkutan umum, napasku sungguh tak dapat dikompromi. Rasa haus teramat sangat, ini mungkin karena aku lupa minum sebelum berangkat ke sekolah. Padahal ibu sudah ciapkan segelas susu segar. Emang sih sesal itu datangnya belakangan. Aku ragu menganggap ini sebagai kesialan atau malah keberuntungan bagiku di hari itu.

Ya Hari itu walaupun sudah bergegas ke sekolah aku tetap terlambat dan hukumannya aku harus belajar sendiri di perpustakaan. Itu sangat membosankan, ingin rasanya aku bolos saja seperti sebelumnya yang aku lakukan jika aku terlambat atau aku bosan. Tapi, entah apa yang membawa langkah kakiku ke perpustakaan. Sampai hal yang tak kuduga pun terjadi.

Dia, ya mentariku ada di sana. Di perpustakaan. Dia sedang duduk tenang di sudut perpustakaan. Dia menyandarkan kepalanya di sebuah rak buku dan tampak seperti seorang dewi yang duduk nyaman di singgasananya . Lama aku hanya terdiam memandanginya dan selama itu pula dia tetap tenang dengan kesibukannya. Tak sedikit pun dia melirik ke arahku, Aku tahu dia pasti sangat menghayati bacaannya. Tak lama aku tersadar dari keterpakuanku. Beberapa kalimat tanya hadir di otak kecilku. Seperti, mengapa dia di sini? Apa dia terlambat? Haruskah aku mendekatinya?

Daripada bengong terus memandangi wajahnya, akhirnya aku mencoba mendekatinya dan duduk di sampingnya. Karena aku tak dapat mengucap sepatah kata pun maka aku berusaha diam, satu-satunya bahasa hati. Namun karena fokusku terpaut padanya aku malah membuat dia menyadari hal itu. Aku jadi salah tingkah gara-gara dia melihatku dengan senyum manisnya. Aku refleks berdiri dan tak sengaja menyenggol tumpukan buku yang tersusun rapi di rak-raknya. Tak aku pungkiri itu  menghasilkan suara gaduh yang menuai protes dari penjaga perpustakaan.

“Jangan berisik di pustaka. Kau… Ah kau selalu saja membuat kekacauan di mana pun berada, cepat bereskan itu!Tegur serta titah penjaga pustaka padaku. Emang penjaga perpustakaan kali ini terkenal tegas dan cerewet. Dia terkenal dan aku juga terkenal di bidang Kau pasti tahu. Bertolak belakangkah?

“Baik, Pak. maaf!Kataku seraya membereskan buku yang berserakan di lantai.
“Butuh bantuan?” Tanya sebuah suara yang sedikit asing di pendengaranku.

Spontan saja aku menoleh dan mendapati dia tepat di hadapanku. Jarak kami saat ini tepat dua langkah. Tak pernah terpikirkan aku akan sedekat ini dengannya. Aku terdiam menatap tepat pada dua bola matanya yang memancarkan keteduhan bagi siapa saja yang melihatnya.

“Aaa.. ti…tidak apa-apa.” Balasku gugup.
Ooh tidak, apa yang ku katakan,” batinku menyesalinya.
Ahhaha… Tak apa, bukankah kita teman sekelas? Kau lucu.” Balasnya seraya tertawa kecil. Kemudian melempar senyum manis dan lembutnya lagi padaku.

Aku terpana menikmati senyumannya yang sungguh menawan itu, di tambah lagi dua lesung pipit di pipinya itu makin terlihat jelas. Aku tak tahu tapi intuisiku mendorongku untuk mengatakan.
“Aku mengagumimu lebih tepatnya aku jatuh hati.Spontan kata itu keluar dari mulutku.
Ekh..” Terkejutnya dan…
Ahahaha… Kau benar-benar lucu.” Katanya.
Terima kasih telah membuatku tertawa, sungguh sudah lama aku tak tertawa seperti ini.Tambahnya.
Aaa Benarkah? HaahaaaKata disertai tawaku. Ingin sebenarnya kukatakan bahwa aku serius tapi intuisiku berkata ini langkah yang tepat jadi tak perlu terburu- buru.

Aku percaya akan ada kesempatan selanjutnya di mana aku akan bisa lagi bertemu dan ngobrol serius dengan mentariku. Hari ini cukup sampai di sini dulu kisahku. Biar waktu yang akan mengatur goresan tinta apa lagi yang akan aku lalui bersama mentariku!

Bukittinggi, Agustus  2017