Monday, February 18, 2019

BIDADARI






Puisi Amrhy_02

BIDADARI



Bidadari…

Mungkin itu hanya imajinasi

Tapi mungkin juga nyata

Mungkin hanya halusinasi

Tapi mungkin juga itu realita



Bidadari…

Parasmu sungguh menawan

Pesonamu penuh karisma

Jiwa sebening embun



Bidadari…

Senyummu begitu memikat

Tutur katamu terdengar merdu

Bagai setetes embun penyejuk kalbu



Bidadari…

Kuharap kau benar ada

Bukan hanya ilusi semata

Sehingga aku bisa kembali berjumpa

Wahai engkau dara penuh pesona


Padang, -- Februari 2019
@Amrhy_02

Sunday, February 17, 2019

TIGA BULAN SENJA PENGIKAT HATI



TIGA BULAN SENJA PENGIKAT HATI





Di perjalanan hidup ibu yang kini menginjak setengah abad, apalah yang kuharapkan darinya selain hidup berbahagia. Tapi yang kuasa berkata lain, pendamping hidup Ibu yang amat dia sayang telah dahulu dijemput oleh Sang Pencipta. Sedih tentu itu perasaan lumrah yang biasa dirasakan setiap orang yang di tingal pergi.


Selama enam bulan  setelah itu ibu tetap setia sendiri di rumah yang menjadi saksi bisu perjalanan cintanya yang berbuahkan aku. Seorang anak laki-laki yang sekarang juga telah memiliki istri dan tentunya memiliki anak juga. Selama ini aku berkerja di luar kota dan telah menetap di sana. Hal inilah yang membuat Ibu mau tak mau harus sendiri di rumah ini.


Sesungguhnya aku telah berkali-kali mengajak ibu untuk ikut tinggal di rumahku. Namun dia tetap menolak dengan berkata bahwa dia lebih senang tinggal di kampung ini.


Aku sangat bingung menghadapi sikap keras kepalanya ibu ini. Karena hal inilah aku pun jadi sering bolak-balik dari kota ke kampung halamanku. Aku sangat mencemaskannya. Aku ingin tinggal dengannya di sini sedang di lain pihak aku juga harus bekerja.


Abi, bagaimana kalau ibu dinikahkan saja?Suara istriku tertangkap jelas oleh indra pendengaranku. Sontak saja aku menoleh ke arahnya. Aku tak mengangap serius perkataan istriku ini sehingga aku hanya merespaon seadanya. “Umi, ada-ada saja.Mendengar tanggapanku, istriku tersenyum lembut ke arahku dan berjalan menghampiriku lalu duduk di kursi ruang tamu yang tepat menghadap ke arahku.


Umi serius Abi. Ini hal yang biasa. Dengan menikah ibu mungkin akan tenang dan punya tempat berbagi serta pencurahan hatinya yang memiliki pemikiran yang sama dengannya. Ini lebih baik dari pada menyewa orang untuk merawat Ibu” jelas istriku. Aku hanya menatapnya dengan sedikit ketertarikan.


Umi yakin dengan hal ini?” Tanyaku.


Tentu, Bi


“Sepemikiran maksud Umi, apa yang memiliki umur yang sama dengan ibu?”


“Ya, usahakan tidak jauh beda Abi. Karena mereka akan lebih mudah berkomunikasi dan mungkin saja memiliki perasaan yang sama yang kita tidak pahami,” tambah istriku lagi.


Senyuman terbingkai di wajahku saat mendengar penuturan istriku, sungguh tak salah aku telah memilih dan menjadikan dia pendamping hidupku. Dia sungguh dapat menatap suatu persoalan dalam sudut pandang yang berbeda sehingga terkesan tidak rumit lagi.


“Terima kasih, Umi.Ucapku seraya mencium lembut keningnya. “Abi akan membicarakannya dengan ibu.Tambahku.


“Tentu Abi, secepatnya lebih baik.”

***

Di sinilah aku sekarang, di depan rumah ibu bersama istri dan seorang putri kecil kami Kushyi namanya.


Assalammu’alaikum.Ucapku seraya mengetuk pintu. Tak lama terdengar sahutan dari dalam rumah dan langkah kaki berat yang terdengar mendekati pintu.


“Ya, tunggu sebentar.”


Tak berselang lama kemudian. “Klek.” Suara pintu terbuka dan menampilkan potret sesosok wanita yang  telah termakan usia. Tak dapat kupungkiri bahwa dia merupakan inspirasi dan idolaku dari kecil sampai detik ini.


Razhak!” Seru ibu. “Eehh, ada cucu kesayangan nenek juga… ayo masuk.Sapa ibu dan kemudian menyuruh kami memasuki rumah. Sebelum itu aku beserta keluargaku kecilku mencium tangan ibu dengan penuh sayang dan hormat.


Ibu, sebenarnya kedatangan aku ke sini untuk membicarakan tetang ibu yang tidak mau ikut dengan kami ke kota.Ucapku memulai pembicaraan.


Jika kau masih bersikeras untuk mengajak Ibu, Ibu tetap akan menolak. Kau tak perlu cemas. Ibu akan baik-baik saja di sini. Lagi pula ibukan tinggal di tengah kampung jadi jika ada sesuatu juga dapat minta bantuan pada tetangga.Sanggah ibuku. Mendengar perkataan ibu aku hanya dapat menghela nafas lelah.


Baiklah jika Ibu berkata begitu, oleh karena itu aku ingin mengusulkan sesuatu pada ibu jika Ibu berkenan.”


Apa yang hendak kau usulkan.” tanya ibuku.


Bagaimana kalau Ibu menikah lagi?” tanyaku dengan menatap penuh keseriusan pada ibu. Lama ibu terdiam sampai dia berkata “Terserah padamu, asal kau tak memaksaku lagi untuk mengikutimu pindah ke kota, tapi ya, apa masih adakah orang yang mau untuk menikah dengan ibumu ini?Balas ibu kurang yang yakin.


Ibu tenang saja aku yang akan mengurusnya. Karena Ibu telah setuju lebih baik kita percepat saja melakukan niatan baik ini.” Terangku pada ibu.


Kau sudah punya calon untuk Ibumu ini?”


Tentu Bu, Bapak Syukur ketua RT desa sebelah,” jawabku. Belum sempat ibu  berkata aku telah memotonganya,Seperti yang aku katakan sebelumnya ibu tenang saja, aku nanti yang akan mengurusnya walau kita tetap pergi bersama ke sana.” Ibu hanya terdiam mematapku. “Jangan-jangan ibu tak menyukainya?Tanyaku.


Ibu tak berhak berkata begitu, dia bahkan lebih muda dari ibu tiga tahun.”


Kalau begitu nanti habis Maghrib kita ke rumahnya,” tegasku. Ibu hanya merespon dengan anggukan. Kemudian kami hanyut dalam perbincangan kecil yang sesekali tertawa karena ulah lucu putri kesayangan kami.


Maksud kedatangan kami ke sini baik dan kami berharap Bapak tidak marah. Apakah mau bapak menikah dengan ibu saya. Seperti yang bapak ketahui ayah saya sudah meningal lebih dari enam bulan yang lalu. Akan lebih baik jika ibu punya teman dalam menjalani hari-harinya.Kataku pada Bapak Syukur  ketika kami berkunjung dan sedikit berbasa basi.


Aku tidak masalah akan hal itu, jika ibumu juga menyetujuinya.Jawab bapak itu. Mendengarnya aku sungguh senang.


Tentu saja.Balasku yakin. “Kalau begitu pernikahan akan dilakukan secepatnya,” tambahku.


Seminggu kemudian pernikahan diadakan secara sederhana. Tamu yang diundang adalah orang terdekat kedua belah pihak saja.


Saat itu tak banyak yang aku pikirkan yang jelas aku sungguh merasa terharu melihat Bapak Syukur mengucapkan ijab kabul dan aku teringat akan masa-masa itu saat aku melakukan hal yang sama lima tahun yang lalu. Sungguh tak pernah terlintas dibenakku sebelumnya akan hal ini.


***

Setelah menikah Bapak Syukurayahku— tinggal di rumah ibu sekarang. Dapat kulihat setelah pernikahanya ibu jauh lebih sehat dan dia jadi sering tertawa. Tentu saja takkan ada roman picisan dalam kisahnya ini mungkin panggilan mereka saja yang terkesan sedikit mesra. Aku juga tak habis pikir pada ibu yang tak bosan mengasap kopi yang banyak setiap harinya walau suaminya telah mengomel panjang lebar tentang itu. Ya, begitulah. Aku tetap sering berkunjung walau tak sering seperti sebelumnya.


Tak pernah aku berpikir akan secepat ini. Tiga bulan setelah pernikahan ibu dan ayah tiriku. Dia pergi meningalkan kami untuk selama-lamanya. Aku tak tahu apa yang dirasakan Bapak Syukur ayah tiriku—, karena ini merupakan ke dua kalinya dia ditingalkan oleh istrinya untuk selamanya. Walau begitu aku tetap memanggilnya ayah. Dia ayah yang baik menurutku, sebenarnya tidak hanya aku putri kami __Kushyi__ juga dekat denganya. Dia orang yang ceria walau sudah tua. Tak salah aku menikahkan ibu dengannya.


Setelah ibu meninggal, Ayah Syukur kembali ke rumahnya di desa sebelah dan dia tetap merawat rumah ibu. Apabila pulang kampung aku pasti langsung ke rumahnya. Karena ibu,  aku masih punya banyak alasan untuk tetap pulang dan memiliki satu orang ayah lagi yang luar biasa.


Tiga bulan dalam senja ibu memberiku ikatan hati dan seorang ayah baru yang sungguh luar biasa.



Padang Pariaman, -- Februari 2019
@Amrhy_02