Saturday, August 19, 2017

PDKT



PDKT
Cerpen Amrhy_02

Tak kenal maka tak sayang. Begitu pepatah yang lekat dengan telinga kita salami ini. Diakui atau tidak, memang ada benarnya juga makna pepatah itu. Umumnya rasa cinta bersemi manakala kita sudah melakukan “pedekate” dan interaksi dengan suatu hal. Kali ini kita tidak hanya mengupas seputar kecintaan kepada manusia. Rasa yang membuat manusia bahwa dunia ini hanya milik kau dan aku tanpa menghiraukan dia atau mereka. Seolah-olah dunia hanya milik berdua saja. Ada rasa cinta yang sering kita abaikan yaitu cinta kepada Allah SWT, cinta pada Al-Qur’an dan cinta kepada rasul-Nya.

Sudah menjadi rahasia umum, bahwa sebagian kita sibuk dengan Al-Qur’an hanya ketika Ramadhan tiba. Ramadhan berlalu, Al-Qur’an pun good bye. Kegiatan lain masih terlalu asyik bagi kita. Kita tak pernah meluangkan waktu 5 menit saja setiap harinya untuk dekat dengan Al-Quran. Bukankah begitu? Bukan hanya Anda, bahkan saya juga. So, mari mulai perbaiki diri kita semua!

Kembali kepembahasan kita. Kira-kira bagaimana cara yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki hubungan kita dengan Al-Qur’an? Seorang Ust. pernah mengatakan yang paling mudah sebenarnya ialah dengan kembali meresapi apa fadhilah interaksi kita dengan Al-Qur’an. Mungkin sebagian kita sudah tahu banyak mengenai hal itu, namun “tahu” dan “menghayati, meresapi, dan merenungi” jelas berbeda. Analogi sederhananya ialah tentu berbeda rasanya antara ketika kita bergaul dengan teman dekat dengan teman yang sekadar kenal saja. Teman dekat telah cukup mengerti kita, pun kita sudah tahu plus minusnya dia. Salah satu faktor utama penyebab munculnya rasa itu ialah intensitas dan kualitas pergaulan kita. Oleh karena itu, penting untuk kita me-refresh dan berusaha menggali lebih dalam setiap keutamaan di balik hubungan kita dengan Al-Qur’an. Semoga dengan ini kita tak hanya menjadikan Al-Qur’an sebagai “teman”, tapi lebih dari itu, yaitu “sahabat” atau bahkan “saudara”.

Bolehlah kita seorang pelajar, mahasiswa, dokter, insinyur, guru, bahkan presiden yang selalu sibuk. Namun, ingatlah saudaraku, ternyata Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam (SAW) telah bersabda:

”Barang siapa yang disibukkan al-Quran dalam rangka berdzikir dan memohon kepada-Ku, niscaya akan Aku berikan sesuatu yang lebih utama dari apa yang telah Ku berikan pada orang-orang yang meminta. Dan keutamaan Kalam Allah dari seluruh Kalam selain-Nya seperti keutamaan Allah atas makhluk-Nya.” (HR Tirmidzi)

Artinya, bersibuk-sibuk ria dengan Al-Qur’an adalah salah satu kesibukan teragung menurut Allah dan Rasul-Nya. Ayo, kita mulai atur jadwal untuk membaca dan mengkaji Al-Qur’an! Mulai saat ini mari kita luangkan waktu kita untuk menambah jadwal harian kita dengan kesibukan bersama Al-Qur’an.

Tidakkah kita bangganya manakala anggota keluarga kita ialah orang hebat atau terkenal. Memang tak bisa dipungkiri kemungkinan kita bisa meraup sedikit keuntungan dari ketenarannya tersebut. Namun, tahukah kita bahwa itu hanya keuntungan sesaat yang hanya kita dapat di dunia ini saja. Jika ingin keberuntungan yang abadi, maka jadilah kita bagian keluarga Allah SWT, Penggenggam Alam Semesta. Tidtak akan ada kerugian sedikit pun bisa menjadi salah satu keluarga-Nya. Caranya telah Rasulullah SAW sitir dalam sabdanya:

“Sesungguhnya di antara manusia terdapat keluarga Allah (Ahlu Allah). Para sahabat bertanya, ‘Siapakah mereka, ya Rasul?’ Rasul menjawab, ‘Mereka adalah Ahlul Qur’an; mereka keluarga Allah dan orang-orang pilihan-Nya’ ” (HR Ahmad)

Ketika sudah menjadi bagian dari keluarga Allah Azza Wa Jalla, yang lain mah lewat! Apakah kita tak mau menjadi keluarga-Nya? Tidakkah kita iri dengan orang-orang yang telah hafal Al-Qu’an dan menjadi keluarga-Nya. Iri dalam hal baik itu bernilai pahala. Rasulullah SAW telah paparkan bahwa kita dibolehkan iri kepada seseorang dalam kondisi tertentu. Tentu pengecualian ini sangat beralasan. Tak mungkin jika hal yang patut kita irikan ini adalah hal yang remeh. Pastilah itu adalah sesuatu yang agung. Apa itu? Mari kita simak sabda beliau:

“Tidak boleh iri kecuali terhadap dua kenikmatan; kepada seorang yang diberi Al-Qur’an oleh Allah kemudian ia membacanya sepanjang malam dan siang, dan orang yang diberi harta oleh Allah, lalu ia membelanjakannya di jalan Allah sepanjang malam dan siang.” (HR Bukhari)

Jika belum ada rasa iri tumbuh dalam diri kita melihat saudara Muslim kita berasyik-masyuk dengan Al-Qur’an, patut dipertanyakan kondisi ruhani kita. Adakala kita merasa bahwa cara membaca kita belum benar atau kita tidak bisa membaca Al-Qur’an secara tartil dan benar sehingga kita tidak mau memulai atau melakukannya. Mulai saat ini hilangkan rasa itu. Siapa bilang orang yang belum bisa baca Al-Qur’an kemudian tertutup dari kesempatan mendapat berkah Al-Qur’an? Karena ia begitu istimewa, seorang yang belum mahir pun diapresiasi oleh Allah SWT. Apalagi yang sudah mahir, Subhanallah, akan sangat super sekali. Karena beliau telah mengabarkan:

“Orang yang pandai berinteraksi dengan Al-Qur’an akan bersama malaikat yang mulia dan taat; sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an terbata-bata dan merasa kesulitan akan mendapatkan dua pahala.” (HR Muslim)

So, jangan berkecil hati bagi yang belum mahir membaca Al-Qur’an. Tak ada celaan bagimu, saudaraku! Justru apresiasi karena kau mau belajar untuk lebih baik dan tetap istiqamah membaca. Tetap semangat dan terus belajar menjadi lebih baik.

Berlimpahan dengan materi bukan jaminan ketenangan hidup manusia. Berapa banyak orang stress justru karena kekayaan, ketenaran, dll. Yang tak digunakan untuk kebaikan? Sudah tak terhitung, bukan? Jadi untuk apa kita terlalu sibuk dengan kehidupan dunia hanya untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya sehingga kita lupa dengan tujuan awal kita. Mulai saai ini marilah kita mengumpulkan harta kekayaan untuk bekal akhirat kita, mungkin dengan dekat bersama Al-Quran hal pertama yang bisa kita lakukan.

Juga tak apalah jika kita tak dikenal di dunia ini. Bukankah hidup di duunia inicuma sementara? Dunia hanya tempat persinggahan sejenak untuk kita. Seharusnya justru kita khawatir tak dikenal di akhirat kelak. Negeri yang baka, tak ada habisnya. Dan ingatkah kita? Suatu hari Rasulullah SAW telah bersabda:

“Tidakkah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid), membaca kitab Allah dan mempelajarinya di antara mereka; kecuali akan turun kepada mereka ketenangan, diliputi rahmat, dikelilingi malaikat, dan Allah menyebut nama-nama mereka di hadapan makhluk yang ada di dekatnya.” (HR Muslim)

Betapa bahagianya jika ketenangan selalu meliputi hidup kita. Kemudian, memasuki negeri akhirat pun kita disambut oleh para malaikat yang ternyata mengenal kita karena sering disebut oleh Allah SWT. Subhanallah. Jadikan kami termasuk golongan itu, Ya Allah. Aamiin.

Sekarang tunggu apa lagi saudaraku? Kita sudah tahu dan memahami betapa agung kedudukan orang yang hidup dalam naungan Al-Qur’an. Jangan sia-siakan masa hidup kita berlalu tanpa adanya Al-Qur’an yang menghiasi tiap relung hati. Mari bersama melakukan “pedekate” dengan kalam Allah.

Bukittinggi, 16 Agustus 2017


No comments:

Post a Comment