Thursday, March 31, 2016

TITIK BALIK KEHIDUPANKU




TITIK BALIK KEHIDUPANKU
Cerpen Amrhy_02

Seorang wanita yang rela meninggalkan keyakinan yang dianutnya demi cinta, ekonomi, harta, kekayaan, atau urusan dunia lainnya saat ini sudah banyak kita temuai. Ini sudah biasa kita lihat di lingkungan tempat kita tinggal. Bukankah begitu? Namun dalam kisah kali ini tidaklah demikian. Inilah kisah seorang wanita yang telah mendapat hidayah-Nya, ia justru mengorbankan suaminya demi mempertahankan hidayah yang telah diraihnya! Sungguh hidayah itu adalah hal sangat mahal nilainya bagi orang-orang yang mau merenunginya dan mensyukurinya. Kisah ini berawal ketika sang wanita pergi liburan ke Negara Saudi Arabia. Dia menetap di sana dalam beberapa waktu untuk menikmati liburannya.
“Aku telah sampai di Saudi, sedangkan di pikiranku masih ada berbagai hal tentangnya (Suamiku). Sebelumnya aku sudah yakin bahwa akan terjadi perubahan besar pada diriku. Dan akhirnya itu pun terjadi. Aku mulai memperhatikan hal-hal aneh di masyarakat  yang ada di sekitar tempatku menetap. Ketika waktu shalat  tiba, semua orang meninggalkan apa saja yang mereka kerjakan, mereka tidak peduli lagi dengan dagangan mereka, pekerjaan mereka dan kegiatan lainnya. Mereka bersegera pergi dan berdiri dishaf-shaf secara teratur (untuk melaksanakan shalat), mereka diliputi oleh kebahagiaan dan ketenangan. Di mataku ini hal yang aneh saat itu. Kenapa bisa mereka seperti itu? Apa yang membuat mereka rela melakukan hal tersebut? Hal ini tidak pernah kutemuai di lingkungan tempat tinggalku.
Aku pun mulai memperhatikan berbagai macam pergaulan antara anggota masyarakat, di pikiranku berkecamuk dan bertumpuk berbagai pertanyaan. Pada setiap jawaban yang aku dapatkan dari pertanyaan-pertanyaanku itu, aku merasakan adanya denyutan baru di dalam hati yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Inilah keanehan selanjutnya yang aku rasakan. Aku mulai membandingkan antara tatanan kehidupan di negara dan tatanan ke hidupan yang ada di sini. Di Negara asalku, kami menghabiskan waktu untuk hal-hal yang kurang bermanfaat menurutku, kami hanya sibuk bekerja menyumpulkan uang sebanyak mungkin, menghabiskan waktu untuk jalan-jalan, nongkrong dan bercanda ria bersama teman-teman. Sementara di sini semua orang menghabiskan waktunya untuk bekerja dan untuk beribadah.
Pernah seorang ustadz dan istrinya menerangkan Islam kepadaku secara terperinci. Bagaimana islam itu memperlakukan umatnya dengan istemewa dan bagaimana islam itu mengatur segala tindak tanduk serta aturan kehidupan yang akan kita jalani. Mereka juga telah menjelaskan kepadaku perkara-perkara yang ghaib dan pemahaman-pemahaman yang salah supaya aku masuk Islam dengan penuh kerelaan. Masuk islam tanpa ada keterpaksaan dari sisi mana pun. Kunamakan diri dengan Kushy.
Selang 1 bulan berada di Saudi dan mempelajari islam dari berbagai sisinya. Mulai dari kehidupan masyarakat islam di sini, aturan-aturan yang berlaku di dalamnya, perlakuan dan balasan atas segala hal yang kita lakukan selama hidup. Aku dapatkan semua itu di sini. Dengan satu tekad yang bulat dan penuh kesunguhan hati, aku pun akhirnya mengambil suatu keputusan besar dalam hidupku. Aku merubah keyakinanku, sekarang aku seorang muslim. Islam adalah agama yang kini menjadi peganganku menjalani hari-hariku ke depannya.
Beberapa hari setelah memeluk islam aku baru ingat akan suamiku yang aku tinggal di negara asalku buat liburan ke Saudi. Aku tulis dan kirimkan surat kepada suamiku di sana untuk memberitahukan hal ini dan menjelaskan kepadanya bahwa aku sekarang adalah seorang Muallaf. Aku jelaskan tentang kelebihan-kelebihan agama islam, serta menjelaskan bahwa islamlah agama yang benar. Agama yang memberikan petunjuk dan pedoman yang jelas dalam mengaruhi kehidupan ini. Agama yang akan mengantarkan kita pada kebahagiaan yang didamba setiap insan. Kebahagiaan di dunia ini dan kebahagiaan di hari akhir kelak.  Akan tetapi sayang, suamiku malah memintaku untuk segera pulang dan meninggalkan agama baru yang telah aku yakini sepenuh hati. Aku pun sontak menolak permintaan suamiku tersebut dan mengorbankan dirinya
Mendapat respon yang demikian dari sang suami yang aku sayangi namun dia menentang keyakinanku ini. Aku jadi bingung juga untuk sesaat. Aku bicarakan hal ini kepada ustad yang membimbingku, aku renung dan pikirkan tentang apa yang beliau sampaikan. Kuambil keputusan bahwa aku memintanya untuk mentalakku. Itu dia lakukan. Aku dan suamiku kini telah berpisah. Di balik perpisahan itu aku pun mendapatkan hasilnya. Allah SWT memberiku seorang suami yang shalih, baik dan menyayangiku apa adanya. Dia seorang pembuka agama berkebangsaan Melayu yang berasal dari Brunai Darussalam. Dialah penuntunku menuju ridha_Nya. 

Kini aku telah memulai kehidupan baruku bersamanya dan menjalani hari-hari kami dengan penuh kasih dalam keluarga kecil kami. Dengan di karunia seorang putra kecil, buah cinta kami. Kini di setiap akhir bulan, aku, suamiku serta buah hati kami selalu menyempatkan diri pergi ke Mekkah atau Madinah al-Munawwarah untuk menghabiskan waktu-waktu yang indah di berbagai tempat suci. Kami menikmati keindahan hidup dalam naungan islam. Di sela-sela waktu luang kami juga mendengarkan berbagai kaset, supaya dengan mudah kami mendapatkan pemahaman yang benar tentang Islam dengan lebih dalam dan lebih sempurna.”

***

No comments:

Post a Comment