Thursday, January 3, 2019

SAKIT RINDU




SAKIT RINDU
By: Amrhy_02
Rasa rindu yang teramat sangat mengusik nuraniku yang beku seakan-akan meledak mendesak keluar menumpahkan rasa yang terpendam. Aku berusaha mengeluarkan sesak yang menyelimuti hati ini. Hanya rintihan yang sesekali meluncur dari sudut bibirku, menghantarkan irama pendekap hati yang mencekam. Tak lepas dari itu, otakku terasa letih karena terkuras memikirkanmu. Dirimu yang menyesakkan hati dan memenuhi alam pikiranku.
Dalam gelimpangan keluguan yang cendrung polos bagai kain putih tak bernoda. Aku berkata, “Aku amat sakit, hati dan kepalaku sakit…!!!”
Tingkahku yang mulai berbeda telah mengusik teman sekamarku. Hingga dia berkata, Kau kenapa, terlihat suram akhir-akhir ini.” Aku sedikit bingung dengan perkataannya. Apakah itu pertanyaan atau malah itu sebuah pernyataan. Tapi aku tak mau untuk memikirkannya. “Aku sakit” balasku.
“Iyaa, iyaaa. Kau sudah mengatakannya berkali- kali. Sebenarnya kau sakit apa?” Balasnya terkesan sekali dia kesal dan tidak puas terhadap jawaban serta sikapku.
Kau tahu yang sakit itu hati dan kepalaku!” Timpalku lagi padanya.
Itu juga sudah kau katakakan, cobalah lebih spesifik?” Deliknya padaku. Namun aku masih saja tak ambil peduli, jujur bukannya tak mau peduli tapi aku hanya lelah untuk peduli.
“Sudahlah aku lelah, Cik.” Timpalku seraya memperlihatkan tampang jelekku padanya.
“Jangan begitu, kau membuatku seakan-akan pemeran antagonis di sini. Padahal aku hanya ingin membantu. Aku sebenarnya juga tak mau mengganggumu tapi sadarkah kau yang mengganguku di sini. Dengan tampangmu yang terlihat bosan hidup itu. Ha-ah..” jelas Cik panjang lebar seraya menghela nafas yang terdengar berat. Jelas sekali bahwa dia kecewa terhadapku. Terdengar jelas dari nada suaranya. “Baik, aku takkan ikut campur lagi.” Tambahnya dengan beranjak dari tempat duduknya menuju kasur. Aku hanya terdiam saja melihat dia melewatiku dan tak lama dia kembali berkata setelah berada dalam selimut bermotif detektif Conan kesukaannya. “Kalau kau telah selesai dengan urusanmu, tolong matikan lampunya.”
“Klek..” perkataanya langsung kutanggapi dengan mematikan lampu yang stop kontaknya kebetulan memang terletak dalam jangkauanku.
***
Cik aku minta maaf tentang kejadian semalam, dan izinkan aku pada pelajaran pertama di kampus yaa. Aku ingin ke rumah sakit.” Timpalku pada sahabat sekamarku ini. Sebetulnya aku dan Cik telah bersahabat sejak SMP karena kami satu sekolah dan kami berpisah saat SMA karena Cik pindah ke kota dan bersekolah di sana. Jika kuingat waktu SMP Cik juga merupakan murid pindahan yang menurut ceritanya dia pindah karena tuntutan pekerjaan orang tuanya.
Mendengar permintaanku Cik menoleh padaku lalu tersenyum samar. “Tentu, jangan dipikirkan. Begitu dong. Semoga cepat sembuh ya, aku rindu dirimu yang dulu.” Menerima perlakuan seperti itu aku pura-pura merajuk dan tentu saja hal itu menuai tawa di antara kami. “Akh, apa perlu kutemani?” Tanyanya.
Tidak usah nanti merepotkan.”
Ki… Zakki. Kau itu terlalu banyak berpikir. Jangan terlalu sungkan padaku, kalau kau masih seperti itu aku benar-benar akan marah padamu. Kita ini teman, kau ingat. Jadi, sudah diputuskan aku akan menemanimu.” 
Tapi,,”
Eits… Jika masalah izin aku akan menelpon Yanti. Lagian aku sudah tak sabar menunggu sahabatku kembali seperti dulu lagi. Aku rindu kamu Zakki.” Kata Tacik padaku. Aku tak tahu apa dia sedang menggodaku atau tidak tapi memang begitulah Tacik, dia selalu tampak ceria dan mudah mengatakan hal-hal semacam rindu atau apalah yang berhubungan dengan perasaan pada orang terdekatnya, terkadang aku merasa iri padanya akan hal itu. “Jadi apa yang kita tunggu?” Tanya Cik.
Tak ada.Balasku.
Kalau begitu, ayo pergi.” Katanya penuh semangat. Melihat ekspresi serta mendengar suaranya yang deras itu aku hanya tersenyum geli.

***

Zakki Al-Razak…” Terdengar namaku dipanggil oleh perawat.
Namamu sudah dipanggil, cepat pergi.Perintah Tacik padaku. “Baik bos,” balasku seadanya. “HahahaDapat kudengar tawa kecilnya saatku berjalan ke ruang pemeriksaan. Aku hanya berobat ke bagian umum dan setiba di dalam.
Mas Zakki?”
“Ya, Dok.”
Silahkan berbaring agar diperiksa.” Kata dokter tersebut padaku. Langsung saja aku mengikuti instruksi yang di katakannya. “Kepala sering sakit dan sesekali terasa nyeri dan sesak pada daerah jantung, benar?” Yakinkan dokter itu. “Ya. Jawabku. 
Setelah melewati berbagai rangkaian pemeriksaan. Dokter itu menjelaskan bahwa tak ada masalah pada jantung dan kepalaku. Semua normal katanya. Terang saja aku binggung dan tampak kulihat dokter itu juga bingung mungkin dia bingung akan memberi obat apa padaku.
Biasanya, apa yang menjadi pemicu dari sakit yang Mas Zakki alami?Tanya dokter itu tiba-tiba padaku. Kemudian aku mulai berpikir dan menjelaskan penyebabnya pada dokter tersebut.
Saya rasa, rasa sesak pada bagian jantung saya itu setelah sakit di kepala sering muncul apabila saya mengingat seorang teman yang dulu sekelas dengan saya di SMA. Akhir-akhir ini saya sering teringat padanya dan itu membuat rasa sesak dan sakit pada diri saya Dok. ” Begitulah penjelasan saya pada dokter itu.
Dapat saya lihat sang dokter tersenyum-senyum mendengar penuturan saya. “Itu merupakan hal biasa, saya anjurkan mas menemui atau menghubungi teman mas tersebut. Saya yakin setelah itu penyakit yang mas maksud itu akan berkurang dan kemungkinan besarnya akan sembuh total.” Walau sedikit bingung dengan saran dokter itu aku mau tak mau harus keluar dari ruang pemeriksaan itu karena secara medis aku telah ditetapkan sehat wal’afiat.
***
Bagaimana, Ki?” Tanya serta sambut Cik padaku.
Entahlah, ayo pulang.” Timpalku.
Ekh, tidak ambil obat dulu.Tanya Cik bingung.
Tidak ada obat, aku tidak sakit apa-apa.” Jelasku padanya.
Maksudmu, apa yang dikatakan dokter itu!” Tuntut Cik padaku. Dengan sedikit enggan aku menceritakan kronologis yang kualami di dalam ruang pemeriksaan. Selesai aku menjelaskan Cik malah tertawa keras dan berkata,Kau ini polos atau apa Zakki?
Maksudmu?”
Temanmu itu pria atau wanita?” Tanya Cik.
Wanita...”
Sudah jelas.
Jelas apanya?”
Mendengar pertanyaanku itu Cik mendekat dan membisikan sesuatu padaku. “Kurasa kau menyukai temanmu itu dan penyakit yang kau alami adalah penyakit RINDU.” Mendengar itu aku hanya menatap tak percaya pada Cik.
Itu hal biasa kau sadari setelah kau jauh dari orang yang pernah dekat padamu.” Tambahnya. “Kalau begitu ayo temui dia, seperti saran dokter.” Tambah Cik seraya menarikku entah ke mana. Apakah benar aku rindu? Entahlah, yang penting aku coba obat ini dulu”, Pikirku.     


Padang Pariaman, -- Januari 2019
@Amrhy_02

No comments:

Post a Comment