Tuesday, October 2, 2018

TANGISAN ALAM


TANGISAN ALAM

Di sunyi dan heningnya pagi
Terdengar jelas anak sungai merintih
Bagai janda menangis meratapi kematian anaknya
Aku pun bertanya
“Mengapa engkau menangis, sungaiku yang jernih?”
Sungai pun menjawab
“Aku dipaksa mengalir ke kota,
Aku direndahkan dan disia-siakan manusia
Mereka jadikan aku minuman-minuman keras
Mereka memperalatku bagai pembersih sampah
Mereka meracuni kemurnianku
Mereka merubah sifat-sifatku yang baik jadi buruk”
Aku mendengar burung-burung juga menangis
Aku pun bertanya
“Mengapa kau menangis, burung-burungku yang cantik?”
Satu dari burung-burung itu terbang mendekatiku
Hinggap di ujung sebuah sebuah cabang pohon dan berkata
“Anak-anak adam segera datang ke ladang ini
Menyerang kami seolah-olah kami musuh-musuhnya
Kami terpisah di antara satu sama lain
Kami tak tahu siapa yang kan selamat di antara kami dari kejahatan mereka
Ajal memburu ke mana pun kami pergi”
Kini, mentari terbit dari balik puncak gunung
Menyinari puncak-puncak pepohonan dengan rona mahkotanya
Kupandangi indahnya dan aku bertanya pada diriku
“Mengapa manusia mesti menghancurkan segala karya indah yang telah diciptakan alam?”


Bukittinggi, -- Oktober 2018

No comments:

Post a Comment