Friday, August 10, 2018

CINTA ABADIKU



CINTA ABADIKU

Senja menepis meninggalkan sisa-sisa rona jingga yang perlahan disapu kelam. Di malam yang hanya ada aku dan sosok yang sangat aku cinta dan kasihi. Seorang ibu dan anak yang duduk santai di kursi ruang tamu istana kecil kami. Hanya ditemani secangkir teh dan beberapa potong kue yang terletak di atas meja. Aku pun memulai obrolan kecil dengan ibuku. 

"Ibu, boleh aku bertanya padamu," tanyaku pada ibuku.

Ibu lantas menjawab, "Boleh anakku, tanyalah semua hal yang mau kautanyakan. Ibu akan menjawabnya semampu ibu."

"Ibu, siapa cinta pertama dan abadi Ibu?" Aku tertawa dalam hati, pasti ibu menjawab ayahku. Memang siapa lagi yang dia cintai ibuku selain ayah. Hehehe… 

Dan dengan wajah sedikit tersenyum ibu menjawab, "Anakku, cinta pertama ibu adalah Dia yang selalu menjaga ibu, menemani ibu, yang tidak pernah meninggalkan ibu walaupun seluruh dunia meninggalkan ibu, Dialah yang selalu ada saat ibu menanti malam dan menanti siang, yang selalu bisa membahagiakan ibu, yang tahu hal terbaik untuk ibu lebih dari ibu sendiri.”

Lantas aku berfikir, “Apakah yang ibu maksud ayah?” Semakin binggung aku dibuatnya dan aku pun bertanya lagi. "Apakah itu Ayah, Bu?"

Ibu pun menjawab dengan senyum yang semakin lebar, "Bukan anakku. Dia bukan ayahmu." Aku semakin bingung mendengar jawaban ibuku.

Sekarang yang menjadi pertanyaanku, “Bagaimana bisa ibu tidak memilih ayah sebagai cinta pertama dan abadinya?” Ibu pun melanjutkan perkataannya, "Sepanjang hidup ibu, ibu hanya ingin bersama-Nya, mati pun ibu ingin dengan-Nya, saat tua nanti jika ibu mulai pikun satu yang tak ingin ibu lupakan adalah Dia, karena ibu begitu takut dan begitu sakit jika lupa dengan-Nya, ibu hanya ingin menikmati indah-Nya."

"Ibu, aku mulai bingung, jika bukan ayah lalu siapa Bu?"

Ibuku pun mulai diam dan menundukkan kepala. "Anakku, maafkan ibu jika cinta pertama dan abadi ibu bukan ayahmu. Ibu tidak bisa mencintai ayahmu lebih dari rasa cinta ibu pada-Nya. Ibu tidak bisa menghianati-Nya ataupun menduakan-Nya. Cinta ayahmu adalah cinta sesaat dan cinta pada-Nya adalah cinta abadi." Ibu mulai menangis.



Aku pun memeluk ibu, aku tak menyangka jika ibu mencintai orang lain dan pertanyaanku yang konyol ini menjadikan air mata yang seharusnya tidak jatuh dari mata ibu sekarang jatuh dengan derasnya. Sekarang ibu menangis di pelukanku dan samar-samar aku mendengar ibu berkata, "Aku amat merindukan-Nya. Aku hampir mati karena mencintai-Nya."

Semakin kencang kupeluk ibu dan dalam hati biarlah rahasia ini akan kupendam dalam diamku dan aku tak akan menyakiti ayah karena jika ayah tahu bahwa ibu memiliki cinta yang lain, itu dapat menghancurkan hati ayah. Ibu masih menangis dan aku pun larut dalam air mata ibu.

"Ibu maafkan aku karena membuatmu ingat dengan-Nya, membuatmu merasa bersalah, maafkan aku Ibu."

Lalu ibu berhenti menangis dan menggenggam wajahku dan berkata, "Salah anakku, jika kau merasa bersalah, karena cinta abadi dan pertama bagi ibu adalah ALLAH. Dialah yang selalu menjaga ibu dan kau dan ingatlah hanya ALLAH yang tidak akan pernah meninggalkan kita dan tidak akan pernah ingkar atas janji-janji-Nya."

Aku pun mulai mengerti mengapa ibu menangis. Dan aku pun tersenyum karena ibu telah mengajarkan padaku bahwa aku tidak akan sendiri karena Allah selalu ada dan selalu mengawasiku.

Terima kasih Ibu, terima kasih Ya Allah karena aku tak akan pernah kecewa saat menggantungkan semua hal kepada-Mu.


Bukittinggi, - Agustus 2018
By: @Amrhy_02
 


No comments:

Post a Comment