Tuesday, August 21, 2018

TAK SEINDAH KISAH CINDERELLA



TAK SEINDAH KISAH CINDERELLA
By: Amrhy_02

Waktu terus berlalu, tanpa terasa telah lama aku tinggalkan masa remajaku yang penuh dengan suka cita dan sedikit dukanya. Di kala aku duduk di bangku SMK, aku dan para sahabatku sering berkhayal akan masa depan yang kami impikan. Kebanyakan dari kami ingin melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah dan  tentu saja ada pula yang berniat untuk menikah muda.

 Menurut kami usia 22-25 tahun merupakan usia yang sudah cukup matang untuk menikah di kala itu. Sosok istri idaman kami tentunya seorang wanita yang tergambarkan sangat sempurna dalam khayalan. Jika ditarik “benang merah” dari sosok istri impian kami yaitu dengan kriteria sebagai berikut: cantik, baik hati, sabar, setia, jujur, pintar memasak, patuh kepada orang tua dan tentunya salehah.

Itu baru mengenai kriteria istri idaman, belum lagi khayalan tentang bagaimana kami ingin melamar pasangan kami, seindah serta semewah apa pesta pernikahan yang akan kami helat dan tentu saja tentang “Happy Ending Love Strory”. Aku yakin bahwa remaja-remaja sekarang pun punya khayalan tak jauh berbeda dengan khayalanku dan para sahabatku tentang “pernikahan sempurna” dengan pasangan yang mereka idamkan. 

Dulu kami terbius akan dongeng-dongeng tentang sang pangeran yang bertemu dengan putri raja yang  cantik jelita. Sehingga ada dongeng yang paling melekat sampai saat ini di benak dan hati kami yaitu kisahnya Cinderella.

Zaman sekarang faktor yang mengkontaminasi pikiran kaum muda lebih berat lagi dibandingkan pada zaman kami muda-muda dulu. Remaja sekarang disuguhi berbagai macam sinetron serta film-film Korea yang menggambarkan bahwa bahagia itu jika memiliki pendamping yang tampan, kaya, pintar dan terkenal.

Jadi jangan heran jika remaja yang tak cantik dan  tak tampan biasa divonis memiliki nasib yang tak bahagia karena mereka sudah jelas-jelas bukan pangeran dan bukan pula Cinderella. Tak bisa kita pungkiri kalau pola pikir yang seperti ini dipengaruhi oleh media cetak dan elektronik yang telah menjadi tren di zaman ini. Para remaja menggantungkan segalanya pada media sosial. Kebahagiaan mereka ukur dengan ada tidaknya cinta dari makhluk-Nya. Kamu sudah dikatakan bahagia bila kisah cintamu seindah kisah cintanya Cinderella.

 Satu demi satu dari sahabatku telah menemukan Cinderella mereka. Walaupun itu semua mereka lalui dengan jatuh bangun dan tertatih-tatih untuk sampai di gerbang pernikahan dengan segudang rintangan yang menghadang mereka. Semua mereka lalui bersama. Saling menguatkan dan melengkapi kekurangan masing-masing di saat itu.

Aku telah menganalisa cara Allah SWT memberikan jodoh kepada hamba-hamba-Nya, ada yang sangat mudah yaitu hanya kenal sebulan  untuk merasa yakin bahwa mereka berjodoh. Ada juga yang telah berteman lama dan pada akhirnya memutuskan untuk menikah dan yang paling banyak ya dengan pacaran dari yang sebentar sampai yang lama, ada yang berjodoh dan tidak sedikit yang gagal sehingga meninggalkan bekas luka di hatinya.

Di dalam Al Qur’an sebenarnya Allah SWT telah menjelaskan tentang jodoh kita, salah satunya ada dalam QS Al Hadid ayat 22 yang artinya: “Telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya”.

Aku menarik kesimpulan bahwa jodoh itu pasti ada untuk setiap hamba-Nya. Allah SWT akan memberikannya pada saat yang tepat. Tempat yang tepat pula serta orang yang tepat pula karena Allah SWT tahu apa yang dibutuhkan oleh hamba-Nya. Allah SWT selalu memberikan apa yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan, Allah SWT tahu yang terbaik untuk kita.

            Kisah para sahabatku yang telah menikah pun tidak berakhir hanya sampai mereka menemukan belahan jiwa mereka, ada banyak suka duka yang mereka hadapi sebagai suami istri. Kalau ditanya mereka selalu mengatakan “Kami bahagia dengan pernikahan ini”, tapi cerita yang keluar dari bibir mereka tak jauh dari ‘keluhan dan kekurangan” dari masing-masing pasangan mereka jika ditanya masing-masinya.

            Siapa pun yang telah menulis kisah Cinderella, yang pasti dia lupa atau sengaja menjadikan akhir dari kisah ini hanya sampai sang Pangeran dan Cinderella menikah saja, mungkin ini agar terlihat ending yang sempurna dan menjadi impian hampir semua orang, khususnya bagi kaum wanita. Mereka mendambakan kebahagian versi Cinderella itu.

            Padahal ending story Cinderella meupakan awal kehidupan baru yang penuh dengan tantangan dan ketidaksempurnaan, makanya tidak diceritakan oleh yang membuatnya… Hahaha… Andai saja Cinderella bisa curhat tentang pernikahannya, dia pun akan menyampaikan keluhan dan kekurangan sang pangeran karena manusia memang diciptakan tak sempurna. Masing-masing kita punya kelebihan dan kekurangan itu. 

            Di tengah keluhan orang-orang yang telah menikah, aku tetap punya keyakinan bahwa aku tak ingin menapaki bumi ini sendirian selamanya. Aku tetap ingin menyempurnakan separuh agama ini dengan menikah walaupun tak akan seindah kisahnya Cinderella. Aku tetap ingin melangkah menuju waktu yang tepat, tempat yang tepat serta menemukan orang yang tepat pula yang telah Allah SWT ridhai untukku.
“Apakah mereka mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya mengatakan ‘kami telah beriman’ dan mereka tidak diuji” (QS. Al-Ankabut : 2)

Buat para sahabat yang telah menikah berhentilah mengeluh, berhentilah membicarakan kekurang pasangan kita pada orang lain. Sering mengeluh tidak akan membuat sahabat lebih dekat dengan surga-Nya. Sedangkan buat para sahabat yang sedang dalam perjalanan menuju waktu yang ditentukan Allah SWT untuk melepas masa lajang, mari kita bersama-sama isi  waktu kita dengan memperbaiki diri agar pada saat bertemu dengan belahan jiwa hanya ada kebaikan, kebaikan dan kebaikan yang dia dapati pada diri kita.



Pariaman, - Agustus 2018
@Amrhy_02

           

No comments:

Post a Comment