TAK
SEINDAH KISAH CINDERELLA
By: Amrhy_02
Waktu
terus berlalu, tanpa terasa telah lama aku tinggalkan masa remajaku yang penuh
dengan suka cita dan sedikit dukanya. Di kala aku duduk di bangku SMK, aku dan
para sahabatku sering berkhayal akan masa depan yang kami impikan. Kebanyakan
dari kami ingin melanjutkan pendidikan ke bangku kuliah dan tentu saja ada pula yang berniat untuk menikah
muda.
Menurut kami usia 22-25 tahun merupakan usia
yang sudah cukup matang untuk menikah di kala itu. Sosok istri idaman kami
tentunya seorang wanita yang tergambarkan sangat sempurna dalam khayalan. Jika
ditarik “benang merah” dari sosok istri impian kami yaitu dengan kriteria
sebagai berikut: cantik, baik hati, sabar, setia, jujur, pintar memasak, patuh
kepada orang tua dan tentunya salehah.
Itu
baru mengenai kriteria istri idaman, belum lagi khayalan tentang bagaimana kami
ingin melamar pasangan kami, seindah serta semewah apa pesta pernikahan yang
akan kami helat dan tentu saja tentang “Happy
Ending Love Strory”. Aku yakin bahwa remaja-remaja sekarang pun punya
khayalan tak jauh berbeda dengan khayalanku dan para sahabatku tentang
“pernikahan sempurna” dengan pasangan yang mereka idamkan.
Dulu
kami terbius akan dongeng-dongeng tentang sang pangeran yang bertemu dengan
putri raja yang cantik jelita. Sehingga
ada dongeng yang paling melekat sampai saat ini di benak dan hati kami yaitu
kisahnya Cinderella.
Zaman
sekarang faktor yang mengkontaminasi pikiran kaum muda lebih berat lagi
dibandingkan pada zaman kami muda-muda dulu. Remaja sekarang disuguhi berbagai
macam sinetron serta film-film Korea yang menggambarkan bahwa bahagia itu jika
memiliki pendamping yang tampan, kaya, pintar dan terkenal.
Jadi
jangan heran jika remaja yang tak cantik dan
tak tampan biasa divonis memiliki nasib yang tak bahagia karena mereka
sudah jelas-jelas bukan pangeran dan bukan pula Cinderella. Tak bisa kita
pungkiri kalau pola pikir yang seperti ini dipengaruhi oleh media cetak dan
elektronik yang telah menjadi tren di zaman ini. Para remaja menggantungkan
segalanya pada media sosial. Kebahagiaan mereka ukur dengan ada tidaknya cinta
dari makhluk-Nya. Kamu sudah dikatakan bahagia bila kisah cintamu seindah kisah
cintanya Cinderella.
Satu demi satu dari sahabatku telah menemukan
Cinderella mereka. Walaupun itu semua mereka lalui dengan jatuh bangun dan
tertatih-tatih untuk sampai di gerbang pernikahan dengan segudang rintangan
yang menghadang mereka. Semua mereka lalui bersama. Saling menguatkan dan
melengkapi kekurangan masing-masing di saat itu.
Aku
telah menganalisa cara Allah SWT memberikan jodoh kepada hamba-hamba-Nya, ada
yang sangat mudah yaitu hanya kenal sebulan
untuk merasa yakin bahwa mereka berjodoh. Ada juga yang telah berteman
lama dan pada akhirnya memutuskan untuk menikah dan yang paling banyak ya
dengan pacaran dari yang sebentar sampai yang lama, ada yang berjodoh dan tidak
sedikit yang gagal sehingga meninggalkan bekas luka di hatinya.
Di
dalam Al Qur’an sebenarnya Allah SWT telah menjelaskan tentang jodoh kita,
salah satunya ada dalam QS Al Hadid ayat 22 yang artinya: “Telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami
menciptakannya”.
Aku
menarik kesimpulan bahwa jodoh itu pasti ada untuk setiap hamba-Nya. Allah SWT
akan memberikannya pada saat yang tepat. Tempat yang tepat pula serta orang
yang tepat pula karena Allah SWT tahu apa yang dibutuhkan oleh hamba-Nya. Allah
SWT selalu memberikan apa yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan, Allah
SWT tahu yang terbaik untuk kita.
Kisah para sahabatku yang telah
menikah pun tidak berakhir hanya sampai mereka menemukan belahan jiwa mereka,
ada banyak suka duka yang mereka hadapi sebagai suami istri. Kalau ditanya
mereka selalu mengatakan “Kami bahagia
dengan pernikahan ini”, tapi cerita yang keluar dari bibir mereka tak jauh
dari ‘keluhan dan kekurangan” dari masing-masing pasangan mereka jika ditanya
masing-masinya.
Siapa pun yang telah menulis kisah
Cinderella, yang pasti dia lupa atau sengaja menjadikan akhir dari kisah ini
hanya sampai sang Pangeran dan Cinderella menikah saja, mungkin ini agar
terlihat ending yang sempurna dan
menjadi impian hampir semua orang, khususnya bagi kaum wanita. Mereka
mendambakan kebahagian versi Cinderella itu.
Padahal ending story Cinderella meupakan awal kehidupan baru yang penuh
dengan tantangan dan ketidaksempurnaan, makanya tidak diceritakan oleh yang
membuatnya… Hahaha… Andai saja Cinderella bisa curhat tentang pernikahannya,
dia pun akan menyampaikan keluhan dan kekurangan sang pangeran karena manusia
memang diciptakan tak sempurna. Masing-masing kita punya kelebihan dan
kekurangan itu.
Di tengah keluhan orang-orang yang
telah menikah, aku tetap punya keyakinan bahwa aku tak ingin menapaki bumi ini
sendirian selamanya. Aku tetap ingin menyempurnakan separuh agama ini dengan
menikah walaupun tak akan seindah kisahnya Cinderella. Aku tetap ingin
melangkah menuju waktu yang tepat, tempat yang tepat serta menemukan orang yang
tepat pula yang telah Allah SWT ridhai untukku.
“Apakah mereka mengira bahwa mereka akan
dibiarkan hanya mengatakan ‘kami telah beriman’ dan mereka tidak
diuji” (QS. Al-Ankabut : 2)
Buat para
sahabat yang telah menikah berhentilah mengeluh, berhentilah membicarakan
kekurang pasangan kita pada orang lain. Sering mengeluh tidak akan membuat
sahabat lebih dekat dengan surga-Nya. Sedangkan buat para sahabat yang sedang
dalam perjalanan menuju waktu yang ditentukan Allah SWT untuk melepas masa
lajang, mari kita bersama-sama isi waktu
kita dengan memperbaiki diri agar pada saat bertemu dengan belahan jiwa hanya
ada kebaikan, kebaikan dan kebaikan yang dia dapati pada diri kita.
Pariaman, - Agustus 2018
@Amrhy_02
No comments:
Post a Comment